Waspada Hujan Lebat, Fenomena Alam Ini Jadi Biang Keladinya di Bali

Bali beberapa hari terakhir diterjang banjir dan genangan air setelah hujan deras terus mengguyur. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap penyebabnya: fenomena alam yang disebut 'gelombang ekuatorial Rossby'. Apa sebenarnya gelombang ini dan bagaimana dampaknya bagi cuaca di Bali?
Apa Itu Gelombang Ekuatorial Rossby?
Gelombang ekuatorial Rossby, atau gelombang Rossby Ekuator, adalah fenomena atmosfer berupa pergerakan gelombang ke arah barat di wilayah sekitar ekuator. Ia memainkan peran penting dalam dinamika iklim global dan dikenal sebagai gelombang planet karena jangkauan dampaknya yang luas.
Menurut Wayan Musteana, Ketua Kelompok Kerja Operasional Meteorologi BBMKG Wilayah III, aktifnya gelombang ini dapat memicu pertumbuhan awan konvektif yang berpotensi menghasilkan hujan lebat. "Gelombang ekuatorial Rossby meningkatkan kelembapan udara dan mendukung pembentukan awan hujan di wilayah yang dilaluinya," jelasnya. Fenomena ini adalah kejadian alami di fluida yang berputar, termasuk atmosfer dan lautan Bumi.
Gelombang Rossby berbeda dari fenomena cuaca seperti El Nino atau La Nina, meskipun ketiganya bisa saling berinteraksi dan memengaruhi pola cuaca global. Gelombang Rossby lebih bersifat regional dan periodik, sementara El Nino dan La Nina memiliki siklus yang lebih panjang dan dampak yang lebih luas. Perbedaan utamanya terletak pada skala dan mekanisme pembentukan masing-masing.
Dampak Gelombang Rossby di Bali
Dalam beberapa hari terakhir, gelombang Rossby terpantau aktif di sekitar Bali. Akibatnya, hujan dengan intensitas ringan hingga lebat mengguyur sebagian besar wilayah Pulau Dewata sejak Selasa (9/9/2025). Genangan air pun muncul di sejumlah titik, mengganggu aktivitas warga dan lalu lintas.
Hujan lebat yang terus-menerus juga menyebabkan meluapnya beberapa sungai, termasuk Tukad Badung di dekat Pasar Badung, Denpasar. Kondisi ini menghambat aktivitas perdagangan dan mobilitas warga. Selain itu, beberapa wilayah dilaporkan mengalami gangguan akibat banjir, termasuk kerusakan infrastruktur dan kerugian materiil.
"Kami mengimbau masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi banjir dan tanah longsor, terutama bagi yang tinggal di dekat bantaran sungai dan wilayah perbukitan," kata I Made Sukartha, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali.
Gelombang Rossby Diprediksi Masih Aktif
BMKG dalam laporan "Prospek Cuaca Mingguan Periode 9-15 September 2025" memprediksi bahwa gelombang Rossby, bersama dengan gelombang Kelvin dan Madden Julian Oscillation (MJO), masih akan aktif di sebagian besar wilayah Indonesia dalam sepekan ke depan. Kondisi ini menandakan potensi pertumbuhan awan hujan yang signifikan, terutama di wilayah Indonesia bagian barat, tengah, dan timur.
Prediksi ini didasarkan pada analisis data meteorologi terkini dan model cuaca yang digunakan BMKG. Keberadaan gelombang-gelombang atmosfer ini saling berinteraksi dan dapat meningkatkan intensitas curah hujan di wilayah yang terdampak. Masyarakat diimbau untuk terus memantau informasi cuaca terbaru dari sumber resmi dan mengambil langkah-langkah pencegahan yang diperlukan.
"Kondisi ini memerlukan kewaspadaan ekstra dari masyarakat, terutama di daerah yang rentan terhadap banjir dan tanah longsor," ujar Musteana. Ia juga mengingatkan pentingnya koordinasi antara pemerintah daerah, lembaga terkait, dan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi.
Imbauan dari BMKG
Menghadapi potensi cuaca ekstrem yang dipicu oleh gelombang Rossby dan fenomena atmosfer lainnya, BMKG mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir, genangan, dan tanah longsor. Selain itu, masyarakat juga diminta untuk mewaspadai kemungkinan gangguan transportasi akibat cuaca buruk.
BMKG merekomendasikan beberapa langkah pencegahan, antara lain memastikan saluran drainase dan tempat penampungan air di sekitar rumah tetap bersih dan tidak tersumbat. Masyarakat juga diimbau untuk memantau secara berkala pembaruan informasi cuaca resmi dari BMKG dan menyesuaikan rencana aktivitas dengan perkembangan prakiraan cuaca.
Bagi nelayan dan pengguna jasa penyeberangan, BMKG mengimbau untuk mencermati peringatan potensi angin kencang dan gelombang tinggi di perairan setempat demi keselamatan. "Keselamatan adalah prioritas utama. Jangan memaksakan diri melaut jika kondisi cuaca tidak memungkinkan," tegas Musteana.
Pemerintah daerah juga diharapkan untuk meningkatkan koordinasi dan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi. Penyediaan informasi yang akurat dan tepat waktu kepada masyarakat sangat penting untuk mengurangi risiko dan dampak bencana. Langkah-langkah mitigasi seperti normalisasi sungai dan penataan drainase juga perlu dilakukan secara berkelanjutan untuk mengurangi kerentanan terhadap banjir.
Dengan kewaspadaan dan kesiapsiagaan yang tinggi, diharapkan masyarakat dan pemerintah dapat meminimalkan dampak negatif dari fenomena gelombang ekuatorial Rossby dan potensi cuaca ekstrem lainnya. Informasi cuaca yang akurat dan tindakan pencegahan yang tepat adalah kunci untuk melindungi diri dan keluarga dari ancaman bencana hidrometeorologi.