Yurike Sanger, Kisah Cinta dengan Sukarno dan Jejak Hidupnya

Yurike Sanger, nama yang mungkin tak sepopuler Fatmawati atau Dewi Sukarno, namun menyimpan kisah unik sebagai istri ketujuh Presiden Soekarno. Wanita yang pernah mengisi hari-hari sang proklamator ini meninggal dunia pada Rabu, 17 September 2025 di California, Amerika Serikat. Bagaimana kisah cintanya dengan Bung Karno bermula?
Awal Mula Pertemuan di Istora Senayan
Kisah pertemuan Yurike Sanger dengan Soekarno bagaikan skenario film. Awal tahun 1963, di Istora Senayan, gadis remaja berusia 15 tahun bertemu dengan sosok presiden kharismatik. Yurike, yang saat itu tergabung dalam Barisan Bhinneka Tunggal Ika, hadir dalam acara kepresidenan. Takdir mempertemukannya dengan Sukarno dan mengubah jalan hidupnya.
Sumber dekat keluarga Yurike menuturkan, "Saat itu dia masih sangat muda, tak pernah membayangkan akan bertemu apalagi dekat dengan seorang presiden."
Peran Penting Letjen Ahmad Yani
Di balik layar pertemuan itu, ada peran yang tak bisa dilupakan dari Letnan Jenderal Ahmad Yani. Jenderal yang dikenal dekat dengan Sukarno ini, dikabarkan turut menjembatani kedekatan keduanya. Pertemuan demi pertemuan terjadi, menumbuhkan benih cinta di hati Yurike dan Soekarno.
"Yuri", Panggilan Sayang dari Bung Karno
Ketertarikan Sukarno pada Yurike kian hari kian besar. Sang presiden bahkan memberi saran agar Yurike dipanggil "Yuri", panggilan sayang yang hanya diperuntukkan bagi orang-orang terdekatnya. Mereka pun menjalin hubungan secara hati-hati, sebisa mungkin menghindari sorotan media.
Seorang pengamat sejarah menjelaskan, "Bung Karno memang punya daya pikat luar biasa. Beliau sangat perhatian dan membuat Yuri merasa nyaman."
Pernikahan Yurike dan Sukarno
Resmi Menikah pada 6 Agustus 1964
Hubungan keduanya berlanjut ke jenjang yang lebih serius. Pada 6 Agustus 1964, Soekarno menikahi Yurike Sanger. Pernikahan ini menjadi babak baru bagi Yurike yang saat itu masih sangat belia. Ia resmi menjadi istri presiden dan harus menyesuaikan diri dengan protokoler kepresidenan.
Menjalani Peran di Protokoler Kepresidenan
Sebagai ibu negara, Yurike Sanger memegang peranan penting dalam protokoler kepresidenan. Ia mendampingi Soekarno dalam berbagai acara kenegaraan, menyambut tamu-tamu penting, dan aktif dalam kegiatan sosial. Meski usianya masih muda, Yurike berusaha sebaik mungkin dalam menjalankan tugasnya.
Seorang mantan staf kepresidenan menuturkan, "Yurike sangat cepat beradaptasi dengan lingkungan istana. Ia belajar banyak dari Ibu Fatmawati dan Ibu Hartini."
Masa Sulit di Tengah Gejolak Politik
Setia Mendampingi di Masa G30S
Pernikahan Yurike dan Soekarno tidak selalu berjalan mulus. Di tengah badai politik yang melanda Indonesia, Yurike tetap setia mendampingi suaminya. Peristiwa Gerakan 30 September (G30S) tahun 1965 menjadi ujian berat bagi keduanya. Yurike menyaksikan langsung bagaimana kekuasaan Soekarno perlahan meredup.
Seorang kerabat Yurike mengungkapkan, "Yurike sangat khawatir dengan keselamatan Bung Karno. Ia selalu berusaha memberi dukungan moral dan menenangkan suaminya."
Lengsernya Soekarno dan Pengembalian Aset Negara
Situasi politik kian memanas hingga akhirnya Soekarno lengser dari jabatannya pada tahun 1967. Sebagai konsekuensi, beberapa aset negara, termasuk rumah yang ditempati Yurike, harus dikembalikan. Masa-masa sulit harus dihadapi Yurike dan Soekarno.
Seorang pengamat politik mengatakan, "Meskipun menghadapi kesulitan, Yurike tetap tegar dan tidak pernah menyesali keputusannya untuk menikah dengan Bung Karno."
Keinginan Sukarno untuk Menceraikan Yurike
Di tengah tekanan politik dan ekonomi yang semakin berat, Soekarno sempat berkeinginan untuk menceraikan Yurike. Langkah ini diambil agar Yurike tidak ikut menanggung beban penderitaan yang dialaminya. Namun, Yurike menolak mentah-mentah permintaan tersebut. Ia bersikukuh ingin mendampingi Soekarno dalam keadaan apa pun.
Penulis biografi Soekarno menjelaskan, "Bung Karno sangat mencintai Yurike dan tidak ingin membuatnya menderita. Namun, Yurike bersikeras untuk tetap berada di sisinya."
Yurike Sanger memilih untuk menjalani kehidupannya sendiri setelah Soekarno wafat. Meskipun tidak setenar istri-istri Soekarno lainnya, Yurike memiliki tempat tersendiri di hati sang proklamator. Kisah cintanya yang unik dan kesetiaannya yang tak tergoyahkan menjadi inspirasi bagi banyak orang. Kisah cinta Yurike Sanger dan Sukarno tetap relevan dan terus menarik perhatian publik.