Cesium-137 Radioaktif Ditemukan, Seberapa Bahaya Sih Buat Kita?

Table of Contents
Cesium-137 Radioaktif Ditemukan, Seberapa Bahaya Sih Buat Kita?


Kabar mengejutkan datang dari kawasan industri Cikande, Serang, Banten. Ditemukan zat radioaktif Cesium-137 (Cs-137) yang memicu pertanyaan di benak masyarakat. Apa sebenarnya Cs-137 ini? Dari mana asalnya, dan seberapa besar ancamannya bagi kesehatan dan lingkungan sekitar? Mari kita bedah lebih dalam.

Apa Itu Cesium-137?

Cesium-137 adalah "saudara" radioaktif dari unsur Cesium. Jika Cesium sendiri adalah logam berwarna putih keperakan yang lembut dan mudah meleleh bahkan di suhu ruangan, maka Cs-137 lebih dikenal sebagai hasil "sampingan" dari proses fisi nuklir. Proses ini lazim terjadi di reaktor nuklir, fasilitas pengolahan bahan bakar nuklir, bahkan saat uji coba senjata nuklir. Dr. Ani Wijaya, seorang ahli radiokimia dari universitas ternama, menegaskan, "Cesium-137 itu tidak ada secara alami. Keberadaannya selalu jadi indikasi adanya aktivitas manusia yang berkaitan dengan teknologi nuklir."

Yang perlu diingat, Cs-137 ini punya "masa hidup" atau waktu paruh sekitar 30 tahun. Artinya, butuh waktu selama itu agar separuh dari jumlah awal Cs-137 meluruh menjadi unsur yang lebih stabil. Selama proses peluruhan inilah, radiasi terus dipancarkan, menjadikannya berpotensi berbahaya dalam jangka waktu yang cukup panjang.

Bagaimana Cesium-137 Bisa Mencemari Lingkungan?

Pencemaran oleh Cesium-137 bisa terjadi lewat beberapa cara. Yang paling sering adalah akibat pelepasan yang tak terkendali dari fasilitas nuklir. Kita ingat tragedi Chernobyl di tahun 1986? Kejadian itu melepaskan Cs-137 dalam jumlah besar ke atmosfer, lalu menyebar luas dibawa angin dan hujan.

Selain itu, pembuangan limbah radioaktif yang tidak benar juga bisa mencemari tanah dan air. Sifat Cs-137 yang mudah larut dalam air membuatnya gampang mencemari sumber air tanah dan sungai, yang kemudian bisa terakumulasi dalam rantai makanan. Seorang peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mewanti-wanti, "Konsentrasi Cs-137 di tanah dan air itu harus dipantau berkala, pastikan tidak melebihi ambang batas. Ini penting untuk mencegah penyebaran lebih lanjut dan melindungi kesehatan masyarakat."

Seberapa Berbahaya Paparan Cesium-137?

Paparan Cs-137 bisa terjadi lewat dua jalur utama: dari luar tubuh (eksternal) dan dari dalam tubuh (internal).

* Paparan Eksternal: Terjadi saat seseorang berada di dekat sumber radiasi Cs-137. Radiasi gamma yang dipancarkan bisa menembus tubuh dan merusak sel-sel. Tingkat keparahannya tergantung dosis radiasi, durasi paparan, dan jarak dari sumber. Dosis tinggi dalam waktu singkat bisa menyebabkan sindrom radiasi akut, dengan gejala mual, muntah, lemas, dan penurunan sel darah putih. Bahkan, bisa berakibat fatal. Paparan dosis rendah dalam jangka panjang juga meningkatkan risiko kanker, terutama leukemia dan kanker tiroid. * Paparan Internal: Terjadi saat Cs-137 masuk ke dalam tubuh, entah lewat pernapasan, makanan/minuman yang terkontaminasi, atau luka terbuka. Setelah masuk, Cs-137 menyebar ke seluruh jaringan lunak, terutama otot. Karena terus memancarkan radiasi dari dalam tubuh, paparan internal bisa menyebabkan kerusakan sel yang berkepanjangan dan meningkatkan risiko kanker. Anak-anak dan ibu hamil lebih rentan karena tubuh mereka sedang dalam masa pertumbuhan dan perkembangan.

Dr. Ani Wijaya kembali mengingatkan, "Hindari konsumsi makanan atau air yang mungkin terkontaminasi. Uji laboratorium secara berkala pada sampel makanan dan air bisa membantu mendeteksi potensi kontaminasi."

Seberapa Umum Paparan Cesium-137?

Meski keberadaan Cs-137 selalu menimbulkan kekhawatiran, paparan terhadapnya tidak selalu umum atau berbahaya. Sejumlah kecil Cs-137 memang bisa ditemukan di lingkungan sebagai dampak dari uji coba senjata nuklir di masa lalu dan kecelakaan reaktor nuklir, seperti kecelakaan pembangkit listrik Chernobyl pada tahun 1986 yang menyebarkan Cs-137 ke banyak negara di Eropa. Namun, konsentrasinya umumnya rendah dan tidak menimbulkan risiko kesehatan yang signifikan.

Akan tetapi, paparan Cs-137 dalam jumlah besar dan terkonsentrasi, seperti yang ditemukan dalam peralatan medis atau industri, bisa sangat berbahaya. Perangkat-perangkat ini dirancang aman, tetapi jika rusak atau disalahgunakan, Cs-137 bisa tersebar dan menimbulkan risiko kesehatan serius.

Kasus penemuan Cs-137 di kawasan industri Cikande, Serang, Banten menjadi pengingat akan pentingnya pengawasan dan penanganan yang tepat terhadap sumber-sumber radioaktif. Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) bahkan telah menetapkan kawasan industri modern Cikande berstatus kejadian khusus cemaran radiasi dan aktivitas di kawasan tersebut diawasi ketat. Penetapan status dilakukan setelah Satgas Cesium-137 KLH, Brimob Polri, Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) melakukan penanganan.

Kasus ini bermula ketika udang beku asal Indonesia dari PT Bahari Makmur Sejati (BMS) diduga mengandung Cs-137 sehingga ditolak Amerika Serikat (AS). Walau demikian, Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Provinsi Banten memastikan udang segar yang dikonsumsi masyarakat aman, meskipun PT BMS berlokasi di Cikande, Kabupaten Serang.

Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN) terus memantau dan mengawasi fasilitas nuklir dan sumber radioaktif lainnya untuk memastikan keamanan dan mencegah pencemaran lingkungan. "Kami berkomitmen melindungi masyarakat dari bahaya radiasi," tegas seorang juru bicara BAPETEN. "Pengawasan dan penegakan hukum akan terus ditingkatkan untuk mencegah kejadian serupa di masa depan."

Penemuan ini menjadi pengingat akan pentingnya kesadaran dan kewaspadaan terhadap potensi bahaya radiasi. Edukasi masyarakat, pengawasan ketat, dan penanganan yang cepat dan tepat sangat krusial untuk melindungi kesehatan manusia dan lingkungan dari dampak negatif paparan Cesium-137. Upaya pemulihan lingkungan yang terkontaminasi juga perlu dilakukan berkelanjutan untuk meminimalkan risiko jangka panjang.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.