Gerhana Matahari Bikin Burung Jadi Lebih Berisik? Peneliti Ungkap Faktanya!

Table of Contents
Gerhana Matahari Bikin Burung Jadi Lebih Berisik? Peneliti Ungkap Faktanya!


Fenomena gerhana matahari total yang melintasi Amerika Utara pada 8 April 2024 lalu tak hanya memanjakan mata, tapi juga membangkitkan rasa penasaran para ilmuwan. Sebuah studi anyar menguak bagaimana peristiwa alam ini memengaruhi perilaku burung, khususnya dalam hal berkicau. Mungkinkah gerhana "mengacaukan" jam biologis mereka?

Gerhana Matahari Total: Studi Ungkap Perilaku Aneh Burung

Penelitian terbaru menunjukkan bahwa gerhana matahari total berdampak signifikan pada kebiasaan burung. Beberapa spesies mengalami semacam "reset" pada jam biologis mereka. Temuan ini dipublikasikan di jurnal Science, Volume 390, Nomor 6769, dengan judul "Total solar eclipse triggers dawn behavior in birds: Insights from acoustic recordings and community science."

Gerhana: Kesempatan Langka untuk Mengamati Alam

Bagi ilmuwan yang mempelajari perilaku hewan, gerhana matahari adalah "eksperimen alam" yang tak ternilai harganya. Kesempatan untuk mengamati reaksi burung terhadap perubahan cahaya ekstrem dalam waktu singkat sangat sulit diciptakan di laboratorium. Data yang didapat sangat berharga untuk memahami respons makhluk hidup terhadap perubahan lingkungan yang tak terduga.

"Gerhana matahari total memberikan kesempatan langka untuk mengamati bagaimana satwa liar bereaksi terhadap perubahan mendadak dalam lingkungan mereka," kata Dr. Amelia Hartono, seorang ahli ornitologi. "Informasi ini sangat berharga dalam upaya konservasi, terutama di tengah perubahan iklim yang semakin mempercepat perubahan habitat."

Burung dan Sensitivitasnya pada Cahaya

Gerhana matahari total relatif jarang terjadi di lokasi yang sama, dengan interval rata-rata tiga hingga empat abad. Artinya, sebagian besar burung liar belum pernah mengalami fenomena ini sebelumnya. Studi ini menyoroti betapa sensitifnya burung terhadap cahaya sebagai penentu ritme harian mereka. Perubahan cahaya, sekecil apapun, dapat memicu respons perilaku yang signifikan.

"Cahaya adalah salah satu kekuatan paling kuat yang membentuk perilaku burung, dan bahkan 'malam' selama empat menit saja sudah cukup bagi banyak spesies untuk bertindak seolah-olah hari sudah pagi lagi," jelas Liz Aguilar, penulis utama studi dan mahasiswa doktoral dari Indiana University Bloomington. Aguilar menambahkan bahwa hal ini mengindikasikan tingginya sensitivitas burung terhadap perubahan cahaya, yang relevan dengan isu polusi cahaya dan penggunaan cahaya buatan di malam hari.

Metode Unik: Menggandeng Ilmuwan Warga

Salah satu aspek menarik dari penelitian ini adalah keterlibatan ilmuwan warga (citizen scientist) dalam pengumpulan data. Para peneliti menyadari keterbatasan sumber daya dan jangkauan geografis untuk memantau perilaku burung di sepanjang jalur gerhana yang membentang ribuan kilometer.

Aplikasi "SolarBird": Alat Bantu Pengamatan

Para peneliti merancang aplikasi ponsel pintar gratis bernama SolarBird, yang memungkinkan masyarakat untuk merekam perilaku burung sebelum, selama, dan setelah gerhana. Aplikasi ini memberikan panduan sederhana: temukan seekor burung, amati selama durasi minimum selama gerhana, dan catat perilaku yang diamati (misalnya, berkicau, terbang, atau makan). Hampir 11.000 pengamatan dari lebih dari 1.700 pengguna aplikasi terkumpul, mencakup area seluas 5.000 kilometer di sepanjang jalur gerhana.

"Ilmuwan komunitas sangat penting untuk proyek ini," ujar Aguilar. "Gerhana bergerak ribuan mil melintasi Amerika Utara hanya dalam beberapa jam, dan tim kami tidak mungkin berada di semua tempat itu sekaligus."

Menganalisis Kicauan: Bantuan AI dan Pakar

Selain data yang dikumpulkan melalui aplikasi, tim peneliti juga memasang perekam suara otomatis di Indiana selatan. Perekam ini merekam sekitar 100.000 vokalisasi burung sebelum, selama, dan setelah gerhana. Data rekaman dianalisis menggunakan BirdNET, sebuah sistem kecerdasan buatan (AI) yang mampu mengidentifikasi spesies burung berdasarkan kicauannya. Para ahli ornitologi juga terlibat dalam analisis data kicauan untuk memastikan akurasi identifikasi.

Hasil Studi: Perubahan Perilaku Burung Saat Gerhana

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 52 spesies burung yang aktif selama gerhana, 29 spesies menunjukkan perubahan yang nyata dalam vokalisasi mereka. Perubahan ini bervariasi, mulai dari peningkatan intensitas berkicau sebelum kegelapan hingga keheningan total selama puncak gerhana.

Spesies yang Terpengaruh Gerhana

Beberapa spesies burung, seperti burung hantu berpalang, menunjukkan peningkatan aktivitas berkicau yang signifikan selama kegelapan. Di sisi lain, beberapa spesies cenderung terdiam. Perubahan terbesar terjadi saat matahari mulai muncul kembali.

"Fajar Palsu": Saatnya Paduan Suara Dadakan

Saat sinar matahari kembali, 19 spesies burung berkicau dengan intensitas yang menyerupai "paduan suara fajar" palsu. Burung robin, misalnya, berkicau enam kali lebih sering dari rata-rata biasanya. Hal ini menunjukkan bahwa kembalinya sinar matahari diinterpretasikan sebagai awal hari baru oleh burung-burung tersebut, yang secara efektif mengatur ulang jam biologis mereka.

"Kami menemukan bahwa spesies dengan kicauan fajar paling intens juga merupakan yang paling mungkin bereaksi terhadap gerhana," kata Aguilar.

Implikasi Penelitian: Memahami Ritme Harian Burung

Penelitian ini memberikan wawasan berharga tentang sensitivitas burung terhadap cahaya dan bagaimana perubahan cahaya yang mendadak dapat memengaruhi ritme harian mereka. Temuan ini relevan dengan isu polusi cahaya dan penggunaan cahaya buatan di malam hari, yang dapat mengganggu siklus tidur dan perilaku burung.

"Penelitian ini menggarisbawahi pentingnya mengurangi polusi cahaya dan mempertahankan habitat alami yang gelap," ujar Dr. Hartono. "Langkah-langkah konservasi ini penting untuk melindungi burung dan satwa liar lainnya dari dampak negatif perubahan lingkungan."

Lebih lanjut, penelitian ini menekankan pentingnya pelibatan masyarakat dalam penelitian ilmiah. Pengumpulan data yang dilakukan oleh ilmuwan warga memungkinkan cakupan geografis yang luas dan menghasilkan data yang kaya untuk dianalisis. Kolaborasi antara ilmuwan profesional dan masyarakat dapat mempercepat penemuan ilmiah dan meningkatkan kesadaran tentang isu-isu lingkungan. Data ini diharapkan dapat menjadi landasan bagi penelitian lanjutan mengenai dampak perubahan iklim dan aktivitas manusia terhadap perilaku satwa liar. Hal ini juga memberikan pandangan baru tentang bagaimana burung beradaptasi terhadap perubahan lingkungan yang cepat dan ekstrem.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.