Hujan Meteor Draconid, Ada Kaitannya dengan Fenomena Langit di Cirebon?

Table of Contents
Hujan Meteor Draconid, Ada Kaitannya dengan Fenomena Langit di Cirebon?


Fenomena hujan meteor Draconid tengah menarik perhatian. Apalagi, belum lama ini, sebuah benda langit jatuh di Cirebon. Muncul pertanyaan, adakah kaitan antara hujan meteor tahunan ini dengan insiden di Cirebon? Berikut ulasan lengkapnya.

Apa Itu Hujan Meteor Draconid?

Hujan meteor Draconid adalah pertunjukan langit yang terjadi kala Bumi melintasi "awan" debu dan partikel sisa komet. Saat Bumi "menabrak" area ini, partikel-partikel kecil tersebut memasuki atmosfer dengan kecepatan tinggi, lalu terbakar, dan menciptakan jejak cahaya yang kita sebut meteor. Menurut berbagai sumber astronomi, hujan meteor Draconid berasal dari serpihan Komet 21P/Giacobini-Zinner.

Secara umum, hujan meteor aman dinikmati dan menawarkan pemandangan alam yang indah. Jumlah meteor yang terlihat saat puncak hujan meteor sangat bervariasi. Ini tergantung seberapa dekat Bumi melintas dekat bagian terpadat dari jalur komet tersebut. Kadang Draconid menyuguhkan pertunjukan yang luar biasa, namun di lain waktu, meteor yang terlihat relatif sedikit. Fenomena ini selalu dinanti para astronom, baik amatir maupun profesional.

"Hujan meteor itu peristiwa rutin saat Bumi bertemu sisa-sisa komet atau asteroid. Ukuran partikel yang masuk atmosfer biasanya kecil sekali, seukuran butiran pasir," jelas Dr. Astrid, astronom dari sebuah observatorium swasta.

Hujan meteor Draconid aktif antara tanggal 6 hingga 10 Oktober setiap tahun. Puncaknya diperkirakan terjadi pada 8 Oktober. Namun, aktivitas meteor ini biasanya tak se-intens hujan meteor lainnya.

Di Mana Lokasi Terbaik untuk Menyaksikan Hujan Meteor Draconid?

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar pengalaman menyaksikan hujan meteor Draconid makin optimal. Pertama, cari lokasi yang jauh dari polusi cahaya kota. Semakin gelap langit, semakin mudah menangkap meteor redup. Pilih tempat dengan pandangan luas, tanpa terhalang pohon atau bangunan tinggi.

Kedua, cuaca sangat berpengaruh. Malam yang cerah tanpa awan adalah kondisi ideal. Cek ramalan cuaca sebelum berangkat.

Ketiga, mata butuh waktu beradaptasi dengan kegelapan. Hindari melihat cahaya terang seperti layar ponsel atau lampu mobil setidaknya 20-30 menit sebelum mulai mengamati. Ini memberi kesempatan pupil mata membesar dan lebih sensitif terhadap cahaya redup meteor.

Sayangnya, tahun ini, puncak hujan meteor Draconid bertepatan dengan bulan purnama pada tanggal 7 Oktober. Terangnya cahaya bulan akan membuat meteor yang lebih redup sulit terlihat. Meski begitu, meteor yang lebih terang masih mungkin tertangkap mata.

"Walaupun bulan purnama jadi tantangan, jangan menyerah. Cari tempat yang terlindung dari cahaya bulan langsung dan fokus ke area langit yang jauh dari bulan," saran seorang astronom amatir.

Tidak butuh alat bantu seperti teleskop atau binokular untuk menikmati hujan meteor. Mata telanjang adalah alat terbaik untuk menangkap sebanyak mungkin meteor di seluruh langit. Tidak seperti hujan meteor lain, Draconid paling baik diamati pada sore hari menjelang tengah malam.

Komet Induk Draconid: Komet 21P/Giacobini-Zinner

Komet 21P/Giacobini-Zinner, asal hujan meteor Draconid, punya sejarah penemuan yang menarik. Komet ini pertama kali ditemukan oleh Michel Giacobini pada tahun 1900 di Observatorium Nice, Prancis. Sayang, karena redup, pengamatan lebih lanjut terlewatkan sampai Ernst Zinner menemukannya kembali pada tahun 1913 saat mengamati bintang variabel.

Komet 21P/Giacobini-Zinner adalah komet periodik dengan periode orbit sekitar 6,6 tahun mengelilingi Matahari. Pada September 1985, wahana antariksa International Cometary Explorer (ICE) mengunjungi komet ini, menjadi komet pertama yang pernah dikunjungi pesawat ruang angkasa.

Saat mendekati Matahari, komet ini melepaskan debu dan partikel kecil. Material ini lalu tersebar di sepanjang jalur orbit komet. Saat Bumi melintasi jalur ini, terjadilah hujan meteor Draconid.

Lalu, bagaimana dengan kemungkinan hubungan antara hujan meteor Draconid dan jatuhnya benda langit di Cirebon? Para ahli masih meneliti lebih lanjut. Meski insiden di Cirebon terjadi berdekatan dengan periode aktivitas hujan meteor, belum ada bukti kuat yang menghubungkan kedua peristiwa itu secara langsung. Namun, bukan tidak mungkin benda langit yang jatuh di Cirebon adalah bagian dari puing-puing tambahan dari jalur orbit Komet 21P/Giacobini-Zinner.

"Perlu analisis lebih lanjut terhadap material yang ditemukan di Cirebon untuk mengetahui komposisi dan asalnya. Jika komposisinya cocok dengan material dari Komet 21P/Giacobini-Zinner, kemungkinan adanya kaitan akan semakin besar," ungkap seorang peneliti.

Hujan meteor Draconid, meski mungkin kurang aktif tahun ini karena cahaya bulan, tetap menjadi fenomena langit yang menarik untuk diamati. Bagi penggemar astronomi, ini adalah kesempatan untuk menikmati keindahan alam semesta dan belajar lebih banyak tentang komet dan meteor. Sementara itu, penelitian mengenai potensi hubungan antara hujan meteor dengan fenomena langit lain, seperti jatuhnya meteor di Cirebon, terus berlanjut.

Hendra Jaya
Hendra Jaya Saya Hendra Jaya, penulis berita teknologi yang senang berbagi tren digital, inovasi, dan perkembangan dunia startup.