Kisah Dokter Selamatkan Santri dari Reruntuhan Al Khoziny, Pengalaman yang Menggetarkan Hati
Kisah Heroik Dokter Selamatkan Santri dari Reruntuhan Al Khoziny: - Amputasi Darurat
Kisah seorang dokter spesialis ortopedi di RSUD Sidoarjo ini begitu menyentuh: menyelamatkan seorang santri dari reruntuhan Pondok Pesantren Al Khoziny. Lebih dari sekadar tindakan medis, ini adalah cerita tentang keberanian, ketegasan di bawah tekanan, dan semangat kemanusiaan yang membara di tengah situasi darurat. Kehadirannya di lokasi bencana menjadi harapan bagi seorang remaja yang berjuang untuk hidup.
Menembus Reruntuhan demi Menyelamatkan Santri
Suasana Pondok Pesantren Al Khoziny, Sidoarjo, kala itu dipenuhi kepanikan dan kesedihan. Keluarga yang cemas menunggu kabar orang-orang tercinta. Di tengah kekacauan, dr. Larona Hydravianto, seorang dokter spesialis ortopedi dan traumatologi dari RSUD Sidoarjo, tanpa ragu menerobos puing-puing bangunan. Tujuannya hanya satu: menyelamatkan Nur Ahmad, santri berusia 14 tahun yang terjebak di reruntuhan.
"Saya merasa harus bertindak cepat. Tidak ada waktu untuk berpikir panjang. Yang terpenting saat itu adalah bagaimana menjangkau korban secepat mungkin," kenang dr. Larona.
Mengabaikan risiko, dr. Larona merangkak di antara beton dan besi. Helm yang dikenakannya mungkin tak cukup melindungi, namun semangatnya untuk menolong mengalahkan segalanya. Setiap begitu berharga demi keselamatan santri tersebut.
Kondisi Mencekam di Lokasi Bencana
Kondisi di dalam reruntuhan sangat mengkhawatirkan. Bangunan yang ambruk tampak labil, dengan risiko runtuhan susulan yang tinggi. Debu dan serpihan material beterbangan, menghalangi pandangan dan membuat sulit bernapas. Selain dr. Larona, tim penyelamat juga terdiri dari dr. Farouq Abdurrahman, spesialis anestesi, dan dr. Aaron Franklyn, dokter residen ortopedi.
"Kami hanya bisa berdoa dan berharap yang terbaik. Situasinya sangat tidak menentu. Kami tidak tahu kapan reruntuhan akan bergerak atau ambruk lagi," ungkap dr. Larona.
Angin kencang yang bertiup saat itu memperparah keadaan. Seng-seng yang tersisa bergetar dan menimbulkan suara berisik, menambah ketegangan. Namun, tim medis tetap fokus: menyelamatkan Nur Ahmad.
Amputasi Darurat: Keputusan Sulit Menyelamatkan Nyawa
Lengan Remuk dan Beton yang Menghimpit
Setelah berhasil mencapai Nur Ahmad, dr. Larona segera melakukan pemeriksaan medis. Kondisi santri itu sangat memprihatinkan. Lengan kirinya remuk hingga siku akibat tertimpa beton berat. Nur Ahmad tampak kesakitan dan ketakutan, namun berusaha tegar.
"Saat itu, saya tahu kondisi lengannya sangat buruk. Kerusakan sudah parah, dan kemungkinan untuk menyelamatkannya sangat kecil," kata dr. Larona.
Upaya mengangkat beton yang menghimpit lengan Nur Ahmad tak berhasil. Waktu terus berjalan, dan kondisi korban melemah. Dr. Larona harus mengambil keputusan sulit, yang akan menentukan hidup dan mati santri itu.
Proses Amputasi di Tengah Reruntuhan
Menimbang segala risiko dan manfaat, dr. Larona memutuskan melakukan amputasi darurat di lokasi kejadian. Keputusan cepat dan tegas ini diambil karena kondisi korban yang kritis dan sulitnya evakuasi dengan lengan terjepit.
"Amputasi adalah pilihan terakhir, namun satu-satunya cara menyelamatkan nyawanya," tegas dr. Larona.
Di bawah penerangan seadanya dan peralatan medis terbatas, dr. Larona dan tim memulai amputasi. Dr. Farouq memberikan anestesi lokal untuk mengurangi rasa sakit Nur Ahmad. Dengan hati-hati, dr. Larona melakukan amputasi di atas siku lengan kiri korban. Proses ini dilakukan cepat dan efisien, mengingat kondisi lokasi yang tak memungkinkan tindakan medis kompleks.
Setelah amputasi, Nur Ahmad segera dievakuasi dari reruntuhan oleh tim Basarnas. Kondisinya lemah, namun stabil. Ia dilarikan ke RSUD Sidoarjo untuk penanganan medis lebih lanjut.
Stabilisasi dan Perawatan Intensif di Rumah Sakit
Perawatan Awal Pasca-Evakuasi
Setibanya di RSUD Sidoarjo, Nur Ahmad langsung dibawa ke ruang gawat darurat untuk perawatan intensif. Tim medis menstabilkan kondisi korban, memastikan saluran pernapasan lancar, memberi oksigen, dan memasang infus. Luka bekas amputasi juga ditangani khusus untuk mencegah infeksi.
"Kami bersyukur Nur Ahmad berhasil dievakuasi dengan selamat. Kondisinya memang lemah, namun kami optimis dia akan segera pulih," kata Direktur RSUD Sidoarjo, dr. Atika.
Operasi Lanjutan di RSUD Sidoarjo
Pada malam harinya, Nur Ahmad menjalani operasi lanjutan untuk membersihkan luka bekas amputasi, membuang jaringan mati, dan merapikan kulit di bagian yang diamputasi. Operasi berjalan lancar, dan kondisi Nur Ahmad berangsur membaik.
"Operasi berjalan baik. Kami berhasil membersihkan luka dan merapikan kulit di bagian amputasi. Sekarang, kami fokus pada perawatan luka dan rehabilitasi fisik Nur Ahmad," jelas dr. Larona.
Kisah penyelamatan Nur Ahmad oleh dr. Larona dan tim medis RSUD Sidoarjo adalah bukti nyata keberanian, ketegasan, dan semangat kemanusiaan. Di tengah situasi sulit dan penuh tekanan, mereka mampu mengambil keputusan tepat dan menyelamatkan nyawa seorang remaja. Kisah ini menjadi inspirasi untuk selalu siap membantu sesama, tanpa menghiraukan risiko dan kesulitan. Kondisi Nur Ahmad kini dilaporkan stabil dan dalam pemantauan intensif. Pihak rumah sakit dan pondok pesantren bekerja sama untuk memastikan pemulihan fisik dan mental santri tersebut berjalan optimal, serta memberikan dukungan psikologis yang dibutuhkan pasca-trauma.