La Nina Bikin Hujan Lebat Sampai 2026? Ini yang Perlu Kamu Tahu
Waspada, Musim Hujan Diprediksi Lebih Awal dan Panjang hingga 2026!
Siap-siap payung dan jas hujan! Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memberikan peringatan terkait musim hujan di Indonesia. Diperkirakan, musim hujan tahun 2025/2026 akan datang lebih cepat dan berlangsung lebih lama di sebagian besar wilayah tanah air.
Pengaruh La Nina pada Musim Hujan 2025/2026
BMKG mencatat bahwa sekitar 42,1% Zona Musim (ZOM) di Indonesia, atau setara dengan 294 ZOM, akan merasakan kedatangan musim hujan lebih awal dari biasanya pada 2025/2026. Tak hanya itu, durasi musim hujan pun diprediksi akan melampaui rata-rata.
"Kami memperkirakan awal musim hujan akan maju di sebagian besar wilayah Indonesia," ujar seorang analis BMKG pada Rabu (24/10/2025), menekankan pentingnya masyarakat untuk terus memantau informasi cuaca terkini karena awal musim hujan dapat berbeda di setiap daerah.
Puncak musim hujan di wilayah barat Indonesia diperkirakan akan terjadi pada November-Desember 2025. Sementara itu, bagian selatan dan timur Indonesia kemungkinan akan mengalami puncak musim hujan pada Januari-Februari 2026. BMKG menyebutkan, fenomena La Nina menjadi salah satu faktor utama yang mempengaruhi pola musim hujan di Indonesia, dengan potensi kemunculan antara 50-70% pada periode Oktober 2025 hingga Januari 2026.
Prediksi La Nina Lemah, Apa Artinya?
Walaupun prediksi El Niño-Southern Oscillation (ENSO) menunjukkan kondisi netral sepanjang tahun 2025, beberapa model iklim global mengindikasikan adanya kemungkinan La Nina lemah menjelang akhir tahun. Meskipun intensitasnya tidak terlalu kuat, keberadaan La Nina tetap berpotensi meningkatkan curah hujan di berbagai wilayah Indonesia.
"Ada kemungkinan kecil La Nina akan terbentuk. Dampaknya, meskipun tidak signifikan, tetap perlu diwaspadai," ungkap seorang ahli klimatologi dari sebuah universitas terkemuka.
Bagaimana Sebenarnya La Nina Mempengaruhi Cuaca Kita?
La Nina merupakan fenomena iklim yang terjadi akibat penurunan suhu permukaan laut di Samudra Pasifik bagian tengah dan timur. Perubahan ini memicu perubahan pada pola sirkulasi atmosfer global, yang kemudian berdampak pada cuaca di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia.
Dr. Emilya Nurjani, dosen Fakultas Geografi Universitas Gadjah Mada, menjelaskan bahwa La Nina disebabkan oleh perbedaan tekanan udara yang signifikan antara Samudra Pasifik bagian timur dan wilayah Indonesia. Tekanan udara yang lebih rendah di Indonesia dibandingkan Samudra Pasifik meningkatkan potensi pembentukan awan dan curah hujan.
"La Nina merupakan gangguan alamiah pada sistem tekanan udara dan sulit untuk dicegah," kata Dr. Emilya. "Kondisi ini menyebabkan peningkatan potensi hujan di Indonesia."
Hati-hati, Dampak La Nina Bisa Berbeda di Setiap Daerah!
Penting untuk diingat bahwa dampak La Nina tidak akan sama di seluruh Indonesia. Dr. Emilya menekankan bahwa intensitas dan distribusi curah hujan akibat La Nina dapat bervariasi tergantung pada kondisi geografis dan iklim lokal.
"Pengaruh La Nina di Yogyakarta belum tentu sama dengan di Kalimantan atau Jakarta," tegas Dr. Emilya.
Secara umum, wilayah timur Indonesia cenderung lebih sering merasakan dampak La Nina dibandingkan wilayah barat. Namun, topografi Indonesia yang beragam menyebabkan pengaruh La Nina bersifat sangat lokal. Faktor-faktor seperti ketinggian, keberadaan pegunungan, dan jarak dari laut dapat memodifikasi dampak La Nina terhadap curah hujan.
Musim Hujan 2025/2026: Apakah Banjir Mengintai?
Meskipun La Nina berpotensi meningkatkan curah hujan, Dr. Emilya mengingatkan bahwa fenomena ini tidak secara otomatis menyebabkan banjir. Potensi banjir bergantung pada berbagai faktor, termasuk kondisi drainase, tata ruang, dan kesadaran masyarakat terhadap risiko bencana.
"La Nina tidak secara otomatis menyebabkan hujan terus-menerus yang mengakibatkan banjir. Semuanya bergantung pada kondisi wilayah masing-masing," jelas Dr. Emilya.
Sebaliknya, Dr. Emilya juga menekankan bahwa musim kemarau tidak berarti tidak ada hujan sama sekali. Ia berharap BMKG dapat menyampaikan informasi peringatan dini cuaca ekstrem dengan bahasa yang lebih mudah dipahami oleh masyarakat.
"Musim hujan dan kemarau itu dilihat dari curah hujannya, bukan ada tidaknya hujan," imbuhnya.
BMKG terus memantau perkembangan kondisi iklim dan memberikan informasi terbaru kepada masyarakat. Dengan informasi yang akurat dan tepat waktu, diharapkan masyarakat dapat lebih siap menghadapi potensi dampak musim hujan yang dipengaruhi oleh La Nina.
Pemerintah daerah diharapkan dapat mempersiapkan infrastruktur yang memadai, seperti sistem drainase yang baik, serta meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai risiko banjir dan langkah-langkah mitigasi yang perlu diambil. Kerjasama antara pemerintah, lembaga penelitian, dan masyarakat sangat penting dalam menghadapi tantangan iklim di masa depan.