Misteri Laut Merah, Dulu Kering Kerontang, Kok Bisa Sekarang Penuh Air?
Laut Merah yang mempesona, dengan airnya yang biru berkilauan dan kehidupan bawah laut yang semarak, ternyata menyimpan sebuah rahasia geologis yang mencengangkan. Dahulu kala, laut yang menjadi pembatas antara Semenanjung Arab dan benua Afrika ini pernah menjadi hamparan gurun garam yang luas dan kering. Bagaimana mungkin lautan yang kaya ini dulunya adalah padang pasir? Inilah kisah evolusi Laut Merah, sebuah perjalanan geologis yang luar biasa.
Ketika Laut Merah Lenyap
Bayangkan sebuah lautan menghilang begitu saja. Itulah yang terjadi pada Laut Merah sekitar 6,2 juta tahun silam. Bukan lagi perairan yang dalam, yang tersisa hanyalah hamparan garam yang luas dan mematikan. Penelitian dari King Abdullah University of Science and Technology (KAUST) mengungkap fakta mencengangkan ini. Dr. Sarah Al-Mutairi, seorang ahli geologi kelautan yang terlibat dalam riset tersebut, menggambarkan peristiwa ini sebagai perubahan ekstrem yang memusnahkan ekosistem Laut Merah.
Menurutnya, perubahan drastis ini pasti berdampak besar pada geologi dan biologi wilayah tersebut. Analisis geologis menunjukkan bahwa kekeringan ini disebabkan oleh kombinasi perubahan iklim global dan penurunan permukaan air laut yang signifikan. Kondisi ini diperburuk oleh topografi cekungan Laut Merah yang cenderung tertutup, menghambat sirkulasi air.
Banjir dari Samudra Hindia Mengembalikan Kehidupan
Namun, "kiamat" gurun garam ini tak berlangsung selamanya. Kurang dari 100.000 tahun kemudian, keajaiban terjadi. Air dari Samudra Hindia meluap, membanjiri kembali cekungan Laut Merah yang kering kerontang. Banjir dahsyat ini mengubah kembali padang garam menjadi lautan yang hidup, memulihkan ekosistem yang hancur, dan memulai babak baru dalam sejarah Laut Merah.
Profesor Ahmed Hassan, seorang ahli oseanografi yang mempelajari dinamika Laut Merah, menyebutnya sebagai "peristiwa katastropik yang mengubah segalanya." Bayangkan, air laut yang membanjiri gurun garam, menghidupkan kembali kehidupan dan membentuk kembali lanskap bawah laut!
Sebelum kekeringan total, Laut Merah terhubung ke Laut Tengah melalui selat dangkal di utara, dan ke Samudra Hindia melalui penghalang vulkanik di selatan. Pengeringan terjadi karena selat di utara tertutup, menghambat aliran air dari Laut Tengah. Banjir besar terjadi ketika air dari Samudra Hindia menerobos penghalang vulkanik di selatan, dekat Kepulauan Hanish.
Banjir ini membuka selat Bab el-Mandeb dan mengalirkan air laut ke dalam cekungan Laut Merah. Proses ini bahkan membentuk ngarai bawah laut sepanjang 320 kilometer yang masih bisa disaksikan hingga saat ini. Hebatnya, ekosistem Laut Merah pulih dengan cepat. Terumbu karang dan biota laut lainnya kembali berkembang pesat, menjadikan Laut Merah sebagai salah satu ekosistem laut terkaya dan terunik di dunia. Ketahanan alam yang luar biasa!
Laut Merah: Laboratorium Alam Bagi Ilmuwan
Kisah dramatis Laut Merah menjadikannya sebuah laboratorium alam yang tak ternilai harganya bagi para ilmuwan. Lautan ini menawarkan kesempatan unik untuk mempelajari bagaimana lautan terbentuk dan berevolusi melalui peristiwa geologis yang ekstrem.
Dr. Fatima Al-Suwaidi, seorang ahli biologi kelautan yang mempelajari terumbu karang di Laut Merah, mengatakan bahwa lautan ini adalah model unik untuk memahami respons lautan terhadap perubahan lingkungan. Dengan mempelajari sejarahnya, kita dapat memperoleh wawasan penting tentang bagaimana lautan dapat beradaptasi terhadap perubahan iklim di masa depan.
Penelitian di Laut Merah juga membantu memahami pembentukan deposit garam, eksplorasi sumber daya alam, dan bahkan evolusi kehidupan laut. Data yang dikumpulkan memiliki implikasi luas, tidak hanya untuk geologi lautan, tetapi juga untuk pengelolaan sumber daya alam dan konservasi lingkungan. Lebih jauh lagi, ketahanan ekosistem Laut Merah menjadi inspirasi bagi upaya konservasi di wilayah lain yang menghadapi tekanan akibat perubahan iklim dan aktivitas manusia.
"Temuan ini menegaskan pentingnya Laut Merah dalam studi geologi lautan dan memperkuat posisi sebagai pusat penelitian terkemuka di bidang ini," ujar Prof. Abdulaziz Al-Saud, Rektor KAUST.
Saat ini, para ilmuwan terus menggali misteri Laut Merah, mempelajari adaptasi unik kehidupan laut di lingkungan yang ekstrem. Memahami sejarah dan dinamikanya memberikan wawasan berharga tentang masa depan lautan kita dan bagaimana kita dapat melindunginya untuk generasi mendatang. Penelitian berkelanjutan di Laut Merah diharapkan dapat memberikan solusi inovatif untuk tantangan global seperti perubahan iklim, polusi, dan hilangnya keanekaragaman hayati laut.