Terungkap, Kisah Epik di Balik Lahirnya Catur, Si Raja Permainan Otak!
Siapa sangka, Catur yang Mendunia Berawal dari India!
Catur, permainan strategi yang kini menjadi favorit banyak orang di seluruh dunia, ternyata menyimpan sejarah panjang dan kaya. Akarnya bermula jauh di masa lalu, dari tanah India. Bagaimana tepatnya evolusi permainan ini? Mari kita telusuri.
India, Tempat Lahirnya Si Raja Permainan
Kendati belum ada bukti tertulis sebelum abad ke-6 Masehi, berbagai sumber sejarah sepakat bahwa India adalah titik awal dari permainan yang kini dikenal sebagai catur. Dari sinilah, cikal bakal permainan adu strategi ini mulai berkembang.
Chaturanga: Nenek Moyang Catur Modern
"Chaturanga," istilah dari bahasa Sanskerta yang berarti "empat divisi," mengacu pada formasi pertempuran dalam epos Mahabharata. Sekitar abad ke-7, Chaturanga berkembang pesat di wilayah barat laut India dan diyakini sebagai pendahulu langsung dari catur modern.
Namun, bagaimana persisnya Chaturanga bertransformasi masih menjadi perdebatan di kalangan sejarawan. Ada yang berpendapat bahwa Chaturanga, yang mungkin dimainkan dengan dadu di papan 64 kotak, secara bertahap berevolusi menjadi Shatranj. Setelah tahun 600 Masehi, Shatranj menjadi populer di India utara, Pakistan, Afghanistan, dan wilayah selatan Asia Tengah.
Shatranj: Evolusi yang Semakin Kompleks
Shatranj, sebagai penerus Chaturanga, menambahkan elemen baru yang menarik, salah satunya adalah bidak "firzān" (penasihat). Kemenangan dalam Shatranj diraih dengan melenyapkan semua bidak lawan, atau dengan mengepung raja lawan hingga tak berkutik.
Posisi awal pion dan kuda relatif tidak berubah, namun variasi signifikan terjadi pada bidak lainnya, tergantung wilayah dan waktu. "Perubahan ini mencerminkan adaptasi budaya dan strategi yang berbeda di berbagai daerah," jelas Dr. Anjali Sharma, sejarawan permainan kuno dari Universitas Delhi. Evolusi ini menandai langkah penting menuju permainan yang lebih kompleks dan menantang.
Catur Menjelajah Dunia
Catur tak berhenti di India. Ia menyebar ke berbagai penjuru dunia, membawa serta adaptasi budaya yang unik.
Ekspansi ke Timur: Tiongkok, Jepang, dan Korea
Penyebaran catur ke timur difasilitasi oleh para peziarah Buddha, pedagang Jalur Sutra, dan kelompok lainnya. Di wilayah Timur, catur diubah menjadi permainan dengan cakram bertuliskan yang sering diletakkan di persimpangan garis papan, bukan di dalam kotak seperti versi aslinya.
Sekitar tahun 750 Masehi, catur tiba di Tiongkok. Pada abad ke-11, permainan ini telah populer di Jepang dan Korea. Catur Tiongkok, yang dikenal sebagai Xiangqi, adalah versi paling populer dari permainan di Timur. Dengan 9 jalur dan 10 baris serta adanya batas sungai antara baris ke-5 dan ke-6, Xiangqi membatasi akses ke kubu musuh, menghasilkan permainan yang cenderung lebih lambat dibandingkan dengan versi Barat.
Lewat Persia dan Arab, Catur Sampai ke Eropa
Catur juga memasuki Eropa melalui Persia, Kekaisaran Bizantium, dan Kekaisaran Arab yang sedang berkembang. Catatan pertandingan catur tertua, yang ditemukan dalam manuskrip abad ke-10, adalah pertandingan antara seorang sejarawan Baghdad dan seorang muridnya.
Umat Muslim berperan penting dalam membawa catur ke Afrika Utara, Sisilia, dan Spanyol pada abad ke-10. Sementara itu, bangsa Slavia Timur menyebarkan permainan ini ke Rus Kiev pada periode yang sama.
Tak ketinggalan, bangsa Viking membawa permainan ini hingga ke Islandia dan Inggris. Mereka diduga bertanggung jawab atas penemuan koleksi bidak catur gading walrus paling terkenal, yaitu 78 buah catur dari berbagai set yang ditemukan di Pulau Lewis di Hebrida Luar pada tahun 1831 dan berasal dari abad ke-11 atau ke-12.
Meski populer, catur dan permainan dadu kadang dilarang oleh raja dan pemimpin agama. Raja Louis IX dari Prancis, misalnya, melarang permainan ini pada tahun 1254. "Larangan ini seringkali didasarkan pada kekhawatiran tentang perjudian dan pemborosan waktu," jelas Profesor Emmanuel Dubois, ahli sejarah Eropa abad pertengahan dari Universitas Sorbonne.
Namun, popularitas permainan ini terus berlanjut berkat prestise sosialnya. Set catur sering dikaitkan dengan kekayaan, pengetahuan, dan kekuasaan. Permainan ini menjadi favorit Raja Henry I, Henry II, John, dan Richard I dari Inggris, Philip II dan Alfonso X dari Spanyol, dan Ivan IV dari Rusia. Sejak abad ke-15, catur dikenal sebagai "permainan kerajaan."
Evolusi Desain Set Catur
Desain bidak catur pun mengalami evolusi seiring waktu, mencerminkan perubahan budaya dan estetika.
Dari Figuratif ke Non-Representatif
Desain bidak yang sederhana sebelum abad ke-6 Masehi secara bertahap berkembang menjadi set figuratif yang menggambarkan hewan, prajurit, dan bangsawan. Namun, set Muslim pada abad ke-9 hingga ke-12 sering kali nonrepresentatif dan terbuat dari tanah liat sederhana atau batu berukir, sebagai respons terhadap larangan Islam terhadap penggambaran makhluk hidup.
Kembalinya bidak Shatranj yang lebih sederhana dan simbolis diyakini telah mendorong popularitas permainan ini dengan membuat set lebih mudah diproduksi dan mengalihkan fokus pemain dari bidak yang rumit.
Standarisasi Set Catur Modern
Set bergaya, yang seringkali dihiasi dengan batu mulia dan semi mulia, kembali menjadi tren seiring dengan penyebaran permainan ini ke Eropa dan Rusia. Papan permainan, yang awalnya memiliki kotak-kotak monokromatik di dunia Muslim, mulai menggunakan kotak-kotak hitam dan putih, atau merah dan putih.
Standar untuk set catur modern ditetapkan sekitar tahun 1835 dengan desain sederhana karya Nathaniel Cook dari Inggris. Setelah dipatenkan pada tahun 1849, desain tersebut didukung oleh Howard Staunton, pemain terbaik dunia saat itu. Promosi Staunton yang ekstensif memastikan keberhasilan desain tersebut, dan set catur hitam putih terus dimainkan hingga saat ini.
Catur terus berkembang, dengan turnamen dan komunitas daring yang tumbuh pesat. Permainan yang berawal dari India ini terus memikat jutaan orang di seluruh dunia, membuktikan daya tarik abadi dari strategi dan kecerdasan.