Tragis, Puluhan Santri Meninggal Akibat Pondok Pesantren Ambruk di Sidoarjo
Sidoarjo, Jawa Timur, berduka. Sebuah tragedi menimpa sebuah pondok pesantren, merenggut nyawa puluhan santri akibat bangunan yang ambruk. Pada Senin (29/9), saat ratusan santri khusyuk menunaikan salat Asar, musibah itu datang. Tim SAR gabungan bergegas melakukan evakuasi, menyisir reruntuhan demi menemukan para korban.
Perkembangan Terbaru: Jumlah Korban
Hingga Minggu (5/10/2025), tim SAR gabungan terus berjibaku di lokasi kejadian. Kabar terakhir menyebutkan, total 26 jenazah telah berhasil dievakuasi dari puing-puing bangunan. Direktur Operasi Basarnas, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, menyampaikan bahwa 12 jenazah ditemukan pada hari Sabtu (4/10/2025). Proses identifikasi masih berlangsung intensif, mengingat kondisi jenazah yang tertimpa reruntuhan.
Di tengah duka, secercah harapan muncul. Sebanyak 104 santri dilaporkan selamat dari kejadian tersebut. Meski mengalami luka-luka, mereka kini mendapatkan perawatan medis di rumah sakit terdekat. Pendataan terus dilakukan untuk memastikan tidak ada santri yang terlewat. Pihak pesantren bekerja sama dengan kepolisian untuk mempercepat proses identifikasi dan menghubungi keluarga korban.
Evakuasi: Kerja Keras di Tengah Tantangan
Evakuasi berjalan dramatis. Tim SAR gabungan, yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, relawan, dan warga setempat, bersatu padu menembus reruntuhan. Alat berat dikerahkan untuk menyingkirkan puing, namun kehati-hatian tetap diutamakan untuk mencegah longsor susulan.
Akses yang terbatas dan kondisi bangunan yang labil menjadi kendala utama. Cuaca yang tak menentu turut memperlambat upaya pencarian. Meski begitu, semangat tim SAR tak padam. Anjing pelacak pun diterjunkan untuk membantu menemukan korban yang masih terperangkap.
Kisah Pilu dari Santri yang Selamat
Nanang Saifur Rizal, 16 tahun, salah seorang santri yang selamat, menggambarkan kengerian saat musala pondok pesantren ambruk. Ia sempat tertimpa reruntuhan, namun berhasil meloloskan diri dan bahkan menolong temannya. "Awalnya seperti ada bambu jatuh, lalu terasa seperti gempa. Seketika bangunan langsung ambruk," kenang Rizal.
# - Ambruknya Musala
Menurut Rizal, peristiwa itu terjadi saat ratusan santri sedang melaksanakan salat Asar berjamaah di rakaat ketiga. Saat yang sama, di lantai empat bangunan, pekerja sedang melakukan pengecoran. Suara benda jatuh dan getaran kuat menjadi pertanda sebelum malapetaka terjadi. "Semua teriak. Saat lari, kepala saya tertimpa material dari atas," tuturnya.
Kepanikan melanda. Para santri berhamburan menyelamatkan diri, namun reruntuhan material dan besi cor lebih cepat menghantam mereka. Teriakan histeris bercampur suara gemuruh bangunan menciptakan suasana yang mencekam.
# Heroisme di Tengah Bencana
Rizal sempat terjebak di bawah puing selama hampir 30 menit sebelum menemukan celah untuk keluar. Dengan sisa tenaganya, ia berusaha menyelamatkan teman-temannya. "Di dekat saya ada teman bernama Mamat, kondisinya kejang-kejang. Saya bantu duduk, lalu saya tarik keluar lewat lubang kecil di reruntuhan," ungkapnya.
Aksi heroik Rizal menjadi bukti solidaritas di tengah situasi sulit. Ia menyelamatkan nyawa temannya meski dirinya sendiri terluka.
# Trauma yang Membekas
Pasca kejadian, Rizal mengaku masih trauma. Suara gemuruh dan teriakan teman-temannya terus terngiang di benaknya. "Kadang-kadang masih takut, kejadian itu benar-benar mengagetkan," ujarnya. Ia berharap pemerintah dan pihak terkait memberikan pendampingan psikologis bagi para santri.
Ratusan santri lainnya juga mengalami trauma mendalam. Pemulihan trauma menjadi prioritas utama bagi pihak pesantren, dengan menggandeng psikolog dan tenaga ahli untuk memberikan konseling dan terapi.
Investigasi mendalam tengah dilakukan oleh pihak kepolisian untuk mengungkap penyebab ambruknya pondok pesantren. Dugaan sementara mengarah pada kesalahan konstruksi dan kurangnya pengawasan. Polisi akan memeriksa seluruh pihak terkait, termasuk kontraktor, pengawas, dan pemilik bangunan. "Kami akan menyelidiki tuntas kasus ini dan menindak tegas pihak-pihak yang bertanggung jawab," tegas Kapolres Sidoarjo.
Pemerintah daerah telah memberikan santunan kepada keluarga korban meninggal, serta bantuan logistik dan tempat tinggal sementara bagi para santri yang selamat. Pemerintah juga berjanji akan membangun kembali pondok pesantren agar para santri dapat kembali belajar dan beribadah dengan aman dan nyaman.